Rusaknya Infrastruktur Jalan, Bukti Abainya Kepemimpinan

Oleh: Sarinah (Komunitas Literasi Islam Bungo)

Deteksijambi.com ~ SAROLANGUN  – Infrastruktur adalah salah satu hal penting didalam suatu negara. Keberhasilan suatu negara dapat dilihat dari segi keberhasilan Pembangunan infrastrukturnya. Namun faktanya diIndonesia tak jarang dijumpai infrastruktur yang jauh dari kata “Layak”.

Siswa SDN156 Muaro Lepat Sarolangun, Jambi terpaksa berenang menyeberangi sungai untuk sampai disekolah.

Tidak adanya jembatan penghubung Dusun Muara Lepat Desa Padang Jering, membuat siswa itu menyebrangi sungai dengan berenang. 

Satu tangan mereka mengangkat tas dan sepatu agar tak terkena air, sementara tangan 

yang lain mengayuh air, Kedati demikian namun tetap basah juga. Dengan cara itulah para siswa sampai disekolah.

 Tidak adanya jembatan penghubung antara Dusun Muara Lepat ke Desa Padang Jering sangat berdampak pada aktifitas anak sekolah dan pendistribusian sembako pada masyarakat. Sebelumnya masyarakat menyebrangi sungai tersebut dengan perahu, namun perahu yang kerap digunakan sudah tidak layak pakai lagi (TribunJambi.com 12 Januari 2025).

Fakta diatas sungguh menyayat hati. Sungguh miris, negeri yang kaya Sumber Daya Alam ini nyatanya tidak dapat membangun infrastruktur jalan yang memadai bagi masyarakat. Padahal akses jalan adalah salah satu kebutuhan yang urgen bagi masyarakat.

Jalan adalah kebutuhan umum, menyangkut kepada kebutuhan publik. Maka sudah seharusnya itu benar-benar diperhatikan oleh para pemangku jabatan.

Apalagi penghasilan terbesar dari negara tercinta ini adalah dari sektor pajak. Namun kemanakah gerangan pendistribusian pajak disalurkan? jika kenyataan infrastruktur jalan saja tidak ditangani dengan benar.

Inilah hasil dari penerapan sistem saat ini, yakni sekuler kapitalis yang berbuat atas dasar kemanfaatan belaka. Jika tak ada kepentingan dan kemanfaatan maka tak akan terlaksana.

Jika pembangunan infrastruktur jalan dirasa tidak memiliki manfaat maka hal itu tidak akan dilakukan, itulah prinsip dari kapitalisme. Selalu menghitung untung dan rugi jika melayani masyarakat. Haruslah ada timbal balik dari apa yang telah diberikan kepada masyarakat. Jika dihitung mengtungkan maka akan dilakukan.

Para pemimpin dalam sistem ini yang seharusnya menjadi pegurus rakyatnya tidaklah berperan dengan baik. Para pemimpin tak merasa sebagai ra’in (pengurus) dan junnah (perisai) bagi masyarakatnya. Wajar jika sistem ini tak memunculkan adanya ketentraman dan kemakmuran pada masyarakat. Karena orientasi dari pemimpin saat ini adalah materi bukan kepengurusan kepada masyarakat. Masyarakat dibiarkan dalam keadaan yang memprihatinkan. Bak anak ayam yang kehilangan induknya.

 Begitulah saat ini. Abainya pemimpin terhadap masyarakat adalah fakta yang kini tampak dihadapan kita. Hal ini adalah keniscayaan yang akan terjadi pada pemerintah sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) agama tidak dianggap penting, dan Allah tidak dijadikan sebagai pengatur yang mengatur segala urusan manusia.manusia menetapkan sendiri hukum tersebut, kemudian menjadikan nafsu sebagai raja. Begitulah jika syariat islam tidak diterapkan, maka yang terjadi adalah kekacauan.

Dalam surah at-taha 124 Allah berfirman ” Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku (maka) baginya penghidupan yang sempit, dan kelak dihari kiamat mereka akan dihimpun dalam keadaan buta” .

Penguasa dalam Islam memiliki tanggung jawab terhadap rakyatnya. Tanggung jawab secara umum keseluruhan ini berdasar pada sabda Rasulullah saw” ingatlah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya “.

Kesejahteraan hanya akan diwujudkan dengan Daulah islam dalan bingkai khilafah.**

Allahu a’lam bishawwab