Paradoks Persatuan Umat dalam Haji dengan Kenyataan Umat yang Terpecah

Penulis : Auliah,S.Pd (aktivis dakwah)

Deteksijambi.com ~ Ledul Adha adalah momentum persatuan umat muslim di seluruh penjuru dunia. Momen agung yang mengingatkan kita pada ketaatan total Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yang rela mengorbankan putranya demi menjalankan perintah Allah. Sebuah teladan pengorbanan yang mulia—yang selayaknya hidup dalam jiwa setiap muslim hari ini.

Nyatanya ini hanya sebuah paradoks yang seakan hanya simbolis semata, tanpa fakta.

 Dari sekian banyaknya umat muslim di dunia yang melakukan haji dan wukuf di arafah, ada satu kawasan yang sekarang masih terjajah bahkan dipertontonkan di seluruh penjuru dunia. Aynal muslimun? Muslim masih sibuk terpecah dan terlelap dalam mimpi yang indah oleh sekat nasionalisme semata.

Merilis dari antaranews (30 mei 2025), Pemerintah Arab Saudi tetapkan Idul Adha 6 Juni, Wukuf di Arafah 5 Juni 2025 sebagai puncaknya ibadah haji yang akan diikuti oleh 1,83 juta muslim dari penjuru dunia termasuk Indonesia dengan kuota 221.000 jamaah.

Jutaan muslim dari berbagai bangsa berkumpul di Tanah Suci untuk berhaji, ini menunjukkan bukti bahwa persatuan umat islam melampaui sekat bangsa, ras, dan bahasa. Harusnya peresatuan ini juga Nampak dalam segala aspek bukan hanya pada aspek rohaniah semata melainkan aspek siyasah. Sebagaimana yang telah dicontohkan pada masa rasulullah dan khalifah dalam bingkai daulah islamiyah.

Daulah islamiyah adalah bukti persatuan umat Islam yang tidak didasari hanya dari kesamaan budaya atau etnis, melainkan disatukan oleh aqidah Islam sehingga menghapus segala aspek perbedaan duniawi. Aqidah yang muncul dari kesucian hati dan kejernihan pemikiran melahirkan para pejuang islam yang rela berkorban demi Diinullah (Islam). Tak pernah gentar, sehingga menjadi sebuah peradaban besar selama kurang lebih 14 abad.

Saat ini, jika dikumulatifkan umat islam diseluruh penjuru dunia tidaklah sedikit. Umat islam yang berjumlah hampir 2 miliar ini, akan menjadi kekuatan dunia yang disegani jika bersatu karena Allah, dan bukan tercerai karena sekat nasionalisme dan golongan. Nyatanya sejak runtuhnya kekhilafahan turki utsmani, umat islam sekarang “bak anak ayam kehilangan induknya”, tercerai berai dan kebanyakan menjadi pengekor ideologi kapitalis sekularis barat.

Seringkali Persatuan saat Idul Adha hanya sesaat. selepas itu, umat islam kembali tercerai dan bahkan saling bermusuhan, bahkan tak sedikit yang melupakan penderitaan saudara seiman di berbagai penjuru dunia. Akibat sekat nasionalisme hasil imperialism kapitalis barat berhasil menjadikan umat muslim yang satu tubuh menjadi individualism. Tak ayal banyak yang lebih dahulu memikirkan dan mementingkan negara sendiri tanpa memandang satu tubuh negara muslim yang lain seperti Gaza palestina, rohingya, Uyghur dan lain sebagainya. 

Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat :10 yang artinya “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” Dan diperjelas lagi oleh baginda Rasulullah dalam hadist bahwa “Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakan tidak bisa tidur dan panas (turut merasakan sakitnya)” (Shahih Muslim 4685)

Inilah persatuan yang dimaksud oleh Allah dan Rasulnya, persatuan karena aqidah islam. Dan persatuan sejati ini hanya dapat terwujud dalam institusi politik Islam global (Khilafah), yang menyatukan umat dalam satu tubuh dan tujuan.

Iedul Adha mengajarkan ketaatan mutlak kepada Allah, dan seharusnya mendorong umat untuk patuh sepenuhnya pada syariat Islam, bukan hanya pada aspek ritual, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Semoga tahun ini, dengan banyak nya problematika umat muslim di seluruh dunia, terlebih saudara muslim kita di Gaza palestin, membuka mata hati dan pikiran kita untuk kembali bersatu dalam ukhuwah islamiyah sesungguhnya dalam bingkain khilafah. Aamiin..

 Allahu a’lam bishawwab.##

You cannot copy content of this page